Madura, Another Earth Another Sky; Kamal

4:48 AM oryza.sativa 2 Comments

MENYEBRANG

Mobilitas kerja mas Adam tidak mendukung untuk tetap kos di Surabaya, karena galangan kapal PT.BTS ada di Madura, tepat di sebelah pelabuhan Kamal. Misalnya tetap kos di Surabaya bisa saja, tetapi dengan konsekuensi harus menyebrang ke Madura setiap hari. Ya Allah Gustiii mencari penguripan yo sampe nyebrang pulaau,, setiap hariii,,hikhikhik. Saya khawatir. Lalu mas Adam pun bertanya,
Mas Adam : " Apa kita kos di Madura aja? "
Saya           : " ............."

tol suramadu
Sedetik setelah pertanyaan itu terlontar, kami putuskan untuk menghabiskan sisa 2 bulan dari masa percobaan di Madura dan segera mencari tempat kos. Prioritas kami adalah tempat kos dalam radius maksimal 3 km dari pelabuhan. Ngubek-ngubek internet ,, akhirnya berhasil mendapat iklan tempat kos yang memenuhi kriteria fasilitas standar mas Adam, yaitu Wifi, Wifi dan Wifi --Eh kamar mandi dalam juga deng--. Iklan internet mengatakan bahwa kos tersebut terletak di Jl. Jeruk dalam, Perumnas Kamal. Informasi yang kami lihat dari HereMaps, Perumnas Kamal berjarak 2 km dari pelabuhan, Alhamdulillaah, sesuai prioritas!. Ketika ingin mengonfirmasi ke tempat kos itu, ternyata nomor yang ada di iklan tidak dapat dihubungi. Ya  sudah,, modal nekat saja kami menyebrang dan sambil menggenggam erat kertas bertuliskan alamat yang akan kami tuju. Huhuhu..



Antri masuk ke Ferry
Ada dua cara menyebrangi selat Madura, pertama, lewat jembatan Suramadu, kedua, naik kapal ASDP Ferry. Tujuan kami adalah Kamal. Jika memilih opsi pertama, dari keluar gerbang tol Suramadu, kami harus memutar berbalik arah menuju ke barat lalu ke selatan (???). Sedangkan opsi kedua, kami langsung tiba di tempat tujuan. Ya jelas kami memilih opsi kedua. Sore itu kami menaiki ASDP open ferry dan menyebrang ke Madura dengan riangnya.


Turun dari kapal dan keluar dari gerbang pelabuhan, saya tiba-tiba merasa seperti di taman safari. Kami disambut oleh hewan-hewan! mereka menjorokkan kepalanya ke kaca mobil lalu jika kami membuka kaca kami bisa menyodorkan wortel untuk mereka makan. Bohong! hehehe. Tapi kami benar disambut oleh hewan, yaitu kambing-kambing di jalan Raya, ada yang duduk di tengah, ada yang di pinggir, ada yang ngiter-ngiter,, Wow! ini kambing liar?! kalo gitu bisa diculik satu! #salahfokus. Lalu dipelihara dan diambil susunya #lanjutsalahfokus. 

MENAPAKI

Keluar dari pelabuhan kami berada di Jalan Kamal Raya, jalan raya dengan lebar kira-kira 9 m yang menjadi jalan utama di Kamal. Layaknya jalan utama, di pinggirnya banyak pertokoan, tetapi yang saya cari bukan itu, yang saya cari adalah pasar tradisional, dan Alhamdulillah, Pasar Baru Kamal saya temukan setelah menyusuri jalan sejauh kira-kira 500 m.

Lalu, di mana Perumnasnya? Heremaps bilang bahwa di pertigaan besar pertama kami harus belok kiri, oke benar, kami sampai di Perumnas. Lalu jalan Jeruk dalam? heremaps tidak bilang apa-apa. Kami sudah muter-muter tetapi tidak juga menemukan, akhirnya menyerah dan memutuskan untuk bertanya (kenapa tidak dari awal???!). Sayangnya,  informasi tempat kos yang kami cari disangkal oleh Bapak tempat kami bertanya --bahwa di jalan Jeruk dalam tidak ada tempat kos-- kami sodorkan iklan yang memajang foto rumah tempat kos itu, lalu si Bapak menjawab dengan menunjukkan titik cerah,

kamar kos pasutri 




"oooooh ..rumah pak Sugeng! itu di depan sana di Jl. Jambu Raya, liat aja ada plang Salon Srikandi "

Setelah mengucapkan terima kasih. kami tinggalkan si Bapak dan menuju rumah Pak Sugeng. Rumah yang kami dapati adalah rumah besar berlantai dua. Ada salon di lantai satu rumah itu, Salon Srikandi, dan di temboknya terdapat lempengan kuningan berbentuk angka 99. Jadi lengkapnya alamat tempat kos ini di Jl. Jambu Raya No.99 Perumnas Kamal-Madura. Setelah saya konfirmasi ke Pak Sugeng tentang alamat yang tidak sesuai dan nomor yang tidak bisa dihubungi yang terdapat di iklan, beliau menjawab, 

"oooooh.. itu iklan yang buat anak saya sudah lama, dan dia sudah ganti nomor". hmmm.. okay.

Singkat cerita, mas Adam merasa cocok, dan esoknya kamar untuk pasutri di kos Srikandi langsung kami tempati. Ketika kami tiba, kamar dan kamar mandi sudah rapi dan bersih. Ibu Sugeng memberi tahu saya bahwa peralatan masak di dapur sudah disiapkan dan jika ada yang kurang bisa minta ke dapur rumah di lantai satu. Setelah semuanya selesai transaksi pun dilaksanakan, uang Rp.1.500.000 ditukar dengan kunci kamar. Ya,, begitulah,, cerita kehidupan kami di Kamal dimulai.

MENJALANI

Dua minggu tinggal di Kamal, saya mendapati orang Madura (baca: ibu-ibu pedagang di pasar) sebagai orang yang to the point, no basa-basi at all !, frontal, apa adanya dan sedikit galak hehehe. Entah karena mereka adalah ibu-ibu paruh baya yang dari penampilannya terlihat, maaf, tidak berpendidikan tinggi -- memangnya kalau berpendidikan tinggi lantas pintar basa-basi ? gitu? aneh kamu!-- atau entah memang seperti itulah tabiat mereka. Ada satu kejadian yang membuat saya hampir kapok belanja di pasar. Begini ceritanya,


Pasar baru kamal

setting : Stall buah dan stall minyak bersebelahan. Saya membeli minyak ukuran 1 L seharga Rp.12.000 dan membayar dengan uang Rp.100.000. Karena si penjual minyak tidak punya uang kembalian yang cukup, pergilah ia menukar uang Rp.100.000 di stall lain. Sambil menunggu si penjual minyak kembali, saya melihat dagangan si penjual buah dan tertarik pada Semangka inul yang ranum, lalu bertanya

Ory : " Semangka ini dalemnya merah atau kuning, Bu ? " (saya tidak suka semangka yang daging buahnya kuning, dan tidak suka semangka bulat, yang saya cari adalah semangka lonjong /inul yang daging buahnya merah)

Ibu  : " Kuning, nak. Mau ya? "

Ory : " Yang merah di Madura gak ada ya, Bu? " (sebelumnya sudah beberapa stall buah yang saya lihat, mereka hanya menjual Semangka bulat merah, dan Semangka lonjong kuning)

Ibu  : " Addeu* nak di sini "

Ory : " Kalau ini (semangka lonjong kuning) berapa harganya, Bu? "

Ibu  : " pitu ebu sak kilo (tujuh ribu sekilo)

--Si penjual minyak datang dan menyerahkan uang kembalian ke saya, saya hitung sebentar lalu langsung masukkan uang ke dompet--

Ibu  : " Mau ya nak? "

Ory  : " Lain kali ya, Bu "

Ibu  : " Yeeeeuuuu, lapo lah tanyeu tanyeu kalau dak mau beli " dengan nada tinggi.

Ory : Kaget. tersenyum sambil berlalu.

*Addeu : tidak ada

Oke, saya akui saya tidak sepenuhnya benar karena banyak bertanya tetapi tidak membeli. Tetapi sepertinya si Ibu juga tidak perlu bicara dengan nada tinggi. Toh saya baru bertanya belum menawar harga. Semenjak itu saya takut untuk bertanya. Banyak sayuran dan buah-buahan yang baru saya lihat di Madura. Tetapi saya redam rasa penasaran saya. Takut kalau saya banyak bertanya dan ternyata tidak membeli, saya akan dibentak lagi.

Sebenarnya saya cocok dengan tabiat seperti itu, karena saya pun orangnya gak bisa basa-basi, tetapi karena terlalu lama berbasa-basi di ibukota, jadilah kaget menghadapi masyarakat baru yang no basa-basi mode : On. Akhirnya saya membuat solusi sendiri,

1. Tidak usah banyak-banyak mengenal pedagang, maksudnya tentukan mau beli apa di stall mana dan langsung jadikan langganan.
2. Jika melihat sayur atau buah yang baru, jangan tanya jika tidak mau beli, atau
3. Beli dengan siap menghadapi segala konsekuensinya (baca: siap-siap kalo ternyata rasanya gak enak dan gak suka)

Ternyata solusi yang saya terapkan membuahkan hasil manis. Contohnya tukang buah yang saya jadikan langganan. Hampir setiap beli saya diberi harga spesial. Si ibu pedagang buah, kalau dengan saya, menyebutkan harga dengan bisik-bisik atau dengan gerak mulut tanpa suara. Saya selalu diberi harga 1000-2000 lebih murah dari harga biasa. Begitu juga dengan nenek pedagang daun kelor, yang selalu menjadi tujuan utama saya begitu saya tiba di pasar. Beliau memberi saya bonus 1-2 ikat daun kelor, karena saya selalu memborong habis setiap beli daun kelor jualannya. 


Nenek penjual kelor langganan saya dikelilingi komoditas jualannya
Pengalaman dibentak oleh pedagang itu membuat saya berkesimpulan bahwa nada bicara orang Madura tinggi bukan berarti mereka galak, tetapi memang seperti itu cara mereka bicara. Satu lagi, saya suka penampilan mayoritas ibu-ibu pedagang ini. Amat sangat nasional dan konvensional. Bersarung, berkebaya dan memakai tutup kepala, jika bukan kerudung atau bergo, mereka pakai selendang yang diselempangkan berlawanan arah di atas kepala, seperti yang dipakai oleh ibu yang sedang berjalan di tengah pasar dalam foto di atas. Klasik.

Hal klasik lain di Kamal yang membuat saya terkejut adalah angkutan umum!. Saya ingat sebutannya, Doyok. Dulu, Doyok masih beroperasi di daerah Pondok Labu Jakarta Selatan. Trayeknya Pdk.Labu-Karang Tengah-Pasar Jumat. Mas Adam bahkan pernah merasakan naik Doyok ini waktu les Nurul Fikri di Imam Bonjol. Tapi itu duluuuu, kira-kira 15-20 tahun yang lalu, dan sekarang saya bertemu lagi, dan merasakan menaiki lagi setiap saya mau ke pasar Kamal. Ongkos dari Perumnas ke pasar Kamal Rp.2000, itu pun sudah naik dari Rp.1000, mengikuti kenaikan BBM awal tahun ini. Anda tahu kan cara naik Doyok? pintunya centered at the back. Entah apa yang harus saya rasakan atas pertemuan kembali kami ini, perpaduan antara bahagia dan miris, mungkin?Hehe.

Adanya Doyok ini membuat saya melihat Andong atau Delman, yang juga masih banyak digunakan sebagai transportasi umum di Kamal menjadi biasa. Di Jakarta masih banyak andong, bahkan di tengah kota (baca: Monas), tetapi Doyok ini? sudah punah!.

Doyok, trayek: Kamal-Perumnas-Kamal
Barisan Doyok di depan Pasar Kamal
Jalan Raya Kamal 
Memang tidak tepat kalau membandingkan Kamal dengan Jakarta, jangankan dengan Jakarta, membandingkan dengan Surabaya saja keliru. Yang satu kota terbesar kedua, yang satu kecamatan kecil , gemana deh kamuu..!. Tetapi jika dipaksakan mungkin bisa, dibandingkan dengan Surabaya tahun '60 atau '70 hehehe. 
Bagi saya, hal-hal klasik yang ada justru membuat Kamal lebih nyaman untuk dijadikan tempat tinggal dibanding Surabaya. Tidak ada bising, tidak banyak polusi asap kendaraan, tidak ada macet, lebih homy, lebih rindang, lebih ramah, sedikit lebih sejuk karena masih banyak kebun-kebun warga dengan pohon-pohon besar dipinggir jalan, dan uniknya, saya amat sangat menikmati suasana ini, saya betah!.


MENELUSURI


Berlabuh

Di salah satu dermaga nelayan. walaupun saya lagi oke dan keliatan bulat sekali, biarlah, yang penting suasananya dapet..

optimus prime, hehehe

Surabaya dilihat dari satu sudut di pesisir Kamal
My cousin, Riri, during her visit to Madura
Jembatan Suramadu
Widuri, salah satu tanaman liar yang banyak ditemui
Pemandangan alam yang paling mudah ditemui di Kamal adalah pemandangan laut Selat Madura. Jarak yang hanya 2-3 km membentang di antara pulau Jawa dan Madura, membuat Anda bisa melihat keduanya dari masing-masing pulau.

Jadi, setiap kami ingin refreshing, kami menuju ke arah pertigaan pelabuhan lalu berbelok ke kiri. Menikmati Selat Madura dengan segenap penghuninya, (baca: kapal nelayan, ferry, cargo, dll) yang sedang hilir mudik maupun parkir, sambil makan rujak atau minum soda gembira.

Di Kamal terdapat pangkalan militer AL, yaitu Pangkalan AL Batuporon. Jalan menuju gerbang dalam pangkalan AL ini dinaungi pohon-pohon besar sehingga cocok untuk sekedar duduk-duduk di bawah pohon-pohon besar berbekal es kelapa, sambil memandang laut lepas dan jembatan Suramadu di kejauhan. Suasana Batuporon yang rapi dan bersih dan banyak pohon besar, membuat angin terasa lebih nikmat menyentuh kulit. Tetapi ada satu hal yang perlu saya ingatkan, di Batuporon, sebaiknya berhati-hati untuk tidak terlalu jauh masuk mendekati gerbang dalam pangkalan militer, jika mendekat hingga 100-200m dari gerbang dalam, hampir pasti salah satu personel akan mendatangi dan meminta untuk menjauh sambil mengingatkan untuk tidak mengambil gambar di area pangkalan militer itu. Saya pernah kena tegur!

Gerbang luar Pangkalan Militer AL Batuporon. Me and my sister in law during her visit to Madura
Outer skirt of Naval base Batuporon, Madura
It says " Forget what you saw! "
Ada satu semi-cafe kira-kira 700m dari pertigaan pelabuhan, buka menjelang matahari terbenam sampai malam, di mana gemerlap kota Surabaya terlihat jelas dari situ. Lampu-lampu dari gedung-gedung yang tinggi dan dari kapal-kapal yang parkir di Selat Madura.

Jika ingin jajan-jajan, di sepanjang jalan Kamal Raya banyak kios makanan mulai dari Bakso, Pecel Ayam/Lele, Soto, Sate, Nasi goreng, Kebab, Es kacang hijau, bakery-bakery berkualitas menengah dengan harga murah. Ada satu bakery, yaitu Kraton Bakery, donatnya menjadi favorit saya sampai saat ini. Rasa dan tekstur 10-12 dengan J.co namun dengan harga yang jauh lebih murah, Rp.3000/pcs.

Cafe by the sea
Cerita tentang Kamal ini membuka lembaran cerita kehidupan kami di Madura. Tanah dan langit yang baru, yang akan menopang dan menaungi kami menjalani semua rencana-Nya. Setulus hati dan sepenuh cinta (???)*.

*cieeeeeeeee
Bangkalan, 2015

2 komentar:

Scallop, Cara Mengolah Cepat dan Mudah

11:18 PM oryza.sativa 4 Comments



Hari ini saya diberi rejeki luar biasa oleh Allah SWT. Di warung pojok tempat saya biasa beli sayur mayur dijual scallop atau kerang kampak. Selama ini saya hanya bisa menikmati scallop lewat gambar atau nonton acara masak-masaknya Gordon Ramsay (kasiaaan..).

Sebelumnya saya belum pernah berniat mencoba masak scallop ini, karena harga mentahnya mahal sekitar Rp.250.000/kg. Tapi di warung pojok itu harganya Rp.30.000/kg !!! Tanpa berpikir dua kali langsung saya beli, cuci-cuci, browsing resepnya, dan akhirnya saya lihat video chef Gordon dengan judul " Cooking Perfect Scallop". dari video itu intinya cara masak scallop adalah

1. Pakai wajan bulat untuk masak scallop.
2. Garami dan beri lada scallop di satu bagian
3. Masukkan minyak zaitun ketika wajan benar-benar sudah panas (sudah berasap-asap)
4. Masukkan scallop dengan bagian yang dibumbui menghadap ke bawah 
5. Atur scallop di pinggir wajan dimulai dari "12 o'clock - 1 o'clock dst" lanjut sampai nemu di "12 o'clock" lagi  
6. Garami scallop
7. Lalu balik scallop mulai dari scallop di "12 o'clock" tadi berurutan
8. Tunggu 1 menit
9. Beri perasan jeruk lemon
10. Angkat, tiriskan di tisu dapur



Ini penampakan scallop yang saya masak, jauh berbeda ya.. hahahahaha maluuuuu.. ada beberapa modifikasi yang saya lakukan

1. Telur yang nempel di badan scallop tidak saya buang, kalo chef Gordon gak prefer dengan telur itu katanya terlalu chewy dan gak worth it untuk dimasak

2. Saya pakai minyak kelapa hehehe,, lagi gak punya minyak zaitun. Pemakaian minyak zaitun ini andilnya signifikan kayaknya karena yang ngebuat scallop cepet cokelat dengan proses masak yang cepat adalah minyak zaitun ini,, karena flammable kan..

3. Tidak saya garami sama sekali

4. Yaa kayaknya ukuran scallop saya memang jauh lebih kecil dari yang punya chef Gordon



Lalu, bagaimana rasanya?? SubhanAllaaaaaah guuuuuuuuuurih parah!!! enak banget melt in your mouth, pecah empuk juicy stunning dishes lah pokoknya! padahal bisa dibilang cara masak saya jauh dari perfect lho..

Dulu tiap ngeliat seporsi scallop yang isinya cuma 2 atau 3 atau paling banyak 5 scallop, saya membatin " apa kenyaang makan cuma 3 biji begitu..ukurannya kecil pula.." sekarang saya jadi paham  karena .... scallop ini super amat sangat gurihnyaa,, makan lebih dari itu udah gak nikmat lagi. Paling nikmat menurut saya adalah 3 scallop pertama, setelahnya kalo gak dibarengi salad atau salsa kayak yang di masak chef Gordon, bakal eneg.

Yaaah begitulah,, berkah awal tinggal di Madura, jadi bisa ngerasain scallop hehehe. 

4 komentar:

A Heart Of A Fragile Girl; Mine

6:55 AM oryza.sativa 0 Comments

I trust you
just like fireflies trust the night


I worship you
just like bee worships the flower


It always come and gives them light
a bright day and honey showered


Then along came you and me
with all smile and the bless from the almighty


Never before those sweets i taste
what makes special, a girl of chaste

The shadow of mine covered your will
but its not strong enough to covered the ill 


Allowing only you, to kiss
my daily live and my baked sweeties


My cheek reddish the atmosphere
calling lovers from everywhere


I look for you in that crowd
i scream your name so out loud


Every time a guy turning his back
its not your face I'm looking at


Not also the future face
you promised me to shared


Oh beloved…….
It was rain on the pillow i lay
You may not home again….and go far away.



Ps: and here is another one. Another 'alay' to the max. Well done lad! - Madura, 2015

0 komentar:

A Heart Of A Fragile Girl; That Afternoon

6:42 AM oryza.sativa 0 Comments

I sit down and wait
With a bucket of love on my lap
Keep trusting all you said
Letting my heart for you to wrap

The afternoon wind accompany me
Fly the leaves and fly my heart to thee
As my eyes give a blank view
My soul’s waiting for a rescue

Suddenly the wind blow stop
By all mean that i cant bear
My eyes tear drop to drop
But you’ll never know, cause you never hear



Ps: I get this um.. lets call it a product of instant sadness (haha) from my former blog and could not believe how 'alay' i was. Good job!- Madura, 2015

0 komentar: